Seperti kita ketahui, drama Shakespeare secara umum terbagi menjadi 3; Tragedy (Tragedi), Comedy (Komedi) dan History (Sejarah).
Tragedy (Tragedi)
Dalam kategori ini, biasanya kita akan bisa menebak; karakter utamanya pasti mati. Kadang-kadang malah ga cuma karakter utamanya saja yang "dibunuh" oleh Shakespeare; tapi juga karakter-karakter pendukung.
Tapi esensi Tragedy sesungguhnya adalah perubahan nasib/peruntungan, di mana harapan dan ambisi kandas dan hancur berantakan. Kematian digunakan sebagai simbol akhir dari segalanya, akhir dari harapan; simbol bagi ambisi yang kalah telak oleh nasib.
Untuk membangun cerita yang seperti ini, Shakespeare meramu karakter-karakternya sedemikian sehingga pembaca/penonton merasakan keterikatan dengan para karakter tersebut, memahami atau bahkan menyayangi mereka, dan bersimpati.
Ophelia (Hamlet), lukisan oleh John William Waterhouse | Sumber |
Karena kisah Tragedy berjalan di seputar para karakter, mereka tampil menonjol dalam cerita dan biasanya akan sulit untuk dilupakan. Ambil contoh karakter-karakter seperti Romeo, Juliet, atau Hamlet, atau Iago dalam Othello. Dengan karakter-karakter yang menonjol dan unforgettable, serta konflik yang lebih berat, wajar jika Shakespeare kemudian sangat terkenal dengan Tragedy-nya.
Drama yang masuk dalam kategori Tragedy:
Romeo and Juliet, Hamlet, Macbeth, Othello, dll.
Comedy (Komedi)
Kebalikan dari Tragedy.
Istilah Comedy untuk drama-drama Shakespeare berasal dari era Elizabethan, yang agak sedikit berbeda makna dengan istilah komedi masa kini. Comedy Shakespeare secara umum berarti kisah dengan happy ending, yang berjalan dengan konflik yang lebih ringan. Jadi, penekanan Comedy ada pada 'happy ending' dan 'ringan'-nya bukan pada 'lucu'-nya, meski lucu tetaplah bagian dari Comedy.
Poster Broadway performance The Comedy of Errors tahun 1879 | Sumber |
Selain akhir yang bahagia, Comedy Shakespeare juga seringkali memiliki ciri-ciri:
- Ada pernikahan, sejoli yang bersatu
- Pertukaran identitas, karakter yang menyamar
- Karakter pelayan yang pandai
- Salah paham antar karakter
- Elemen-elemen komedi yang biasa muncul dalam seni pertunjukan seperti slapstick, lelucon-lelucon garing/absurd, lelucon kasar, saling ejek, dll. (Dengan kata lain, segala yang sering kita lihat di Srimulat/OVJ lah :p)
- Memiliki lebih dari satu plot
- Penekanan lebih pada situasi ketimbang karakter sehingga kalaupun ada karakter yang kurang beruntung nasibnya kita ga merasa sedih-sedih amat atau bahkan tertawa.
Drama yang masuk dalam kategori Comedy:
The Comedy of Errors, A Midsummer Night's Dream, The Merchant of Venice, dll.
History (Sejarah)
Sesuai namanya, drama Shakespeare dalam kategori ini berlatar belakang sejarah.
Awalnya sejarah yang dimaksud adalah kehidupan raja-raja Inggris. Akan tetapi kemudian, drama dengan latar sejarah Romawi juga bisa dimasukkan ke dalam kategori ini.
Eddie Redmayne dalam pertunjukan Richard II | Sumber |
Drama yang masuk dalam katergori History:
King John, Richard II, Henry IV, Henry V, Richard III, dll.
*
Selain ketiga kategori itu, ada pula pecahan Comedy yang diberi istilah Romance (contoh: The Winter's Tale) dan Problem Plays (contoh: All's Well That Ends Well, Measure for Measure, The Merchant of Venice). Tetapi buat saya sih, dari pada pyusing mending masukin aja ke Comedy :p
Itu tadi bincang sekilas tentang drama Shakespeare. Ga mendalam, ya namanya juga sekilas :p Lagian saya ga belajar sastra atau drama jadi yaa pengetahuannya ala kadarnya saja.
Sejauh ini saya baru membaca 6 naskah drama Shakespeare; 3 Tragedy dan 3 Comedy. Menurut saya masing-masing memiliki daya tariknya.
Jika Tragedy sudah menarik dengan sendirinya (karena konflik dan karakternya), membaca Comedy ternyata ada seninya.
Meski lucu bukan definisi langsung dari Comedy, tapi tetap saja kelucuan adalah hal yang diharapkan dari sebuah Comedy. Masalahnya, kisah Comedy tidak selalu lucu begitu saja, yang memang dari ceritanya saja sudah banyol dan konyol; contohnya The Comedy of Errors. Tapi ada juga yang problematik, seperti The Merchant of Venice. Adegan court di The Merchant of Venice itu, misalnya, baru bisa terasa lucu sekali setelah saya membayangkan aksi panggungnya (itupun beberapa hari setelah selesai membaca, bahkan saya merasa perlu mengedit reviewnya sedikit karena tadinya adegan itu cuma saya anggap amusing tapi ga lucu :p).
Aah, andai setiap kali usai membaca satu play bisa langsung nonton aksi panggungnya :p
Masih banyak lagi naskah Shakespeare yang belum saya baca, saya bahkan belum membaca satu pun dari kategori History.
Sambil lanjut baca, mo jalan-jalan juga ngintipin review-review Shakespeare dari para peserta Let's Read Play. Mo ikutan ngintip? List-nya ada di sini.
Sumber: Wikipedia dan berbagai sumber
Thanks udah bikin post ini, jadi nambah dikit pengetahuan tentang plays-nya Shakespeare, sayang gak in English ya :)
ReplyDeleteMungkin karena Tragedy lebih sarat konflik dan lebih character-wise, sehingga aku lebih cocok sama genre ini. Merchant of Venice memang tidak pure comedy ya, dan baca review2 plays comedy, kayaknya aku gak bakal terlalu cocok, ceritanya kebanyakan pasaran banget dan karakter tokoh2nya kurang menonjol. Sekarang pengen segera Februari, penasaran banget sama History!
Hihi iya, mood-nya lagi bhs Indo :p Dikau aja jeng Fanda, yang bikin English-nya *malah nodong :p
Deleteklo Comedy emang OVJ banget sih *dikeplak Opa Willy >_<