Si buku ikut piknik |
Sekarang saatnya review!
Ayah Dam pandai bercerita. Kisah-kisahnya selalu memikat, memicu semangat Dam kecil. Ketika ia kesal karena dijuluki si Keriting (Pengecut), hatinya yang ciut membesar kembali berkat kisah Ayah tentang masa kecil El Capitano - kapten tim bola kesayangannya - yang ternyata semasa kecilnya juga dipanggil begitu.
Tak hanya kisah Sang Kapten, ada juga kisah tentang Lembah Bukhara, Suku Penguasa Angin yang merupakan bangsa pengendara layang-layang, si Raja Tidur, dan lain-lain. Besar dengan kisah-kisah ajaib Ayah, Dam tumbuh menjadi anak yang pandai, pantang menyerah dan berbakti pada orang tua. Hingga suatu ketika ia menemukan buku-buku cerita tua di perpustakaan Akademi Gajah - tempatnya bersekolah - yang isinya sama persis dengan kisah-kisah ajaib yang pernah dituturkan Ayah. Mungkinkah Ayah hanya mengambil cerita dari buku-buku itu? Apakah Ayah pembohong?
Tak pernah sekalipun Dam mendapatkan kepastian mengenai kebenaran cerita-cerita Ayah. Puncak kebencian dan ketidakpecayaan Dam pada Ayah terjadi ketika Ibu sakit, dan semakin parah.
Setelah dewasa, Dam yang telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak, menolak keras hobi Ayah untuk bercerita. Ia tak mau anak-anaknya "diracuni" oleh kisah-kisah bohong kakek mereka. Di titik itu, pertentangan ayah-anak itu makin meruncing saja.
Tentu saja, buku-buku Tere-Liye biasanya selalu jadi pemicu banjir air mata. Tak terkecuali Ayahku (Bukan) Pembohong. Karena bercerita tentang sosok ayah, beberapa kali saya sempet mewek karena teringat almarhum ayah yang pergi beberapa bulan lalu. Apalagi di bagian ini;
"Kau seharusnya lebih sering memeluk ayah kau, Dam. Kau tahu, sembilan puluh sembilan persen anak laki-laki tidak pernah mau memeluk ayah mereka sendiri setelah tumbuh dewasa. Padahal sebaliknya, sembilan puluh sembilan persen dari ungkapan hati terdalamnya, seorang ayah selalu ingin memeluk anak-anaknya." ~ Taani, hal. 256
Hikz.. :((
Meski sangat menyentuh di bagian tersebut, secara keseluruhan saya merasa buku ini agak lemah.
Sosok Ayah yang merupakan pegawai jujur, hobi bercerita kisah-kisah yang sangat ajaib dengan niat suci membangun karakter anak, tapi di sisi lain sangat otoriter; memaksa anaknya percaya begitu saja, tak boleh banyak bertanya. Ayah tidak bohong, titik. Sebagai ayah yang yakin dirinya bijaksana justru dengan aneh membungkam keingintahuan anak. Seakan-akan kisah Ayah selayaknya kisah dalam kitab suci yang tak boleh dipertanyakan dan harus ditelan mentah-mentah (bahkan kitab suci saja harus dikaji, kenapa cerita Ayah tak boleh?).
Ayah juga sosok yang lembek, tidak sewajarnya seorang pria yang istrinya sakit, menyerah hanya karena seorang dokter luar biasa hebat mengatakan tak ada gunanya mencari pengobatan lagi. Tampaknya dokter super itu semacam Tuhan saja yang kata-katanya pasti benar. Saya jadi ikut emosi bareng Dam >,<
Hal lain, saya maklumi bahwa buku-buku Tere-Liye yang diterbitkan oleh penerbit GPU memang lebih beraliran populer, dan tak mau menempelkan identitas agama apapun pada karakter-karakternya, mungkin untuk merengkuh lebih banyak pembaca. Tapi pada satu titik saya merasa sepertinya karakter-karakter dalam buku ini dipaksa kabur identitasnya hanya karena pengarang enggan menggunakan kata sholat ataupun kerudung/hijab, dan menggantinya dengan "doa pagi di pukul 4" dan "kain penutup kepala" (dan dipikir-pikir, artinya juga belum tentu sholat subuh dan kerudung, entah apalah itu :p). Ritual dan ibadah adalah bagian dari identitas karakter, yang sangat wajar dilakukan satu karakter. Pengaburan identitas karakter semacam ini membuat kisah juga jadi ikut mengawang-awang. Lebih baik tak usah disebutkan saja daripada mengambang tak jelas.
Kembali pada sosok Ayah, endingnya agak dipaksakan. Semua mengarah pada Ayah tidak bohong. Ayah benar. Titik. Habis perkara. Bagi saya, lebih baik kalau si Ayah ini memang berbohong, namun dengan maksud-maksud yang baik, daripada menggantung lalu dipaksakan jadi benar.
Intervensi penulis pada akhir cerita terasa agak berlebihan, kalau tidak mau dikatakan terlalu berlebihan. Sebagai pembaca setia Tere-Liye, saya sudah terbiasa dengan lanturan dan intervensi khas penulis, tapi khusus di buku ini rasanya sangat tidak alami. Pembaca tidak perlu ditunjukkan nilai-nilai suci dari sebuah buku, biarlah pembaca mencarinya sendiri, menilai sendiri.
Namun dalam kelemahannya, buku ini tetap mampu menggelitik rasa rindu dan kasih kita pada seorang ayah, dan ingin segera mengirimkan pesan singkat "I love you Dad", meski hanya lewat doa...
Satu cangkir kopi untuk menghibur Dam, setengah cangkir untuk menghibur saya yang mewek kangen bapak, dan satu cangkir lagi untuk sang Secret Santa yang telah berbaik hati mengirimkan buku ini untuk menambah koleksi Tere-Liye saya, tengkyuuu :*
Judul: Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis: Tere-Liye
Penerbit: GPU
ISBN: 978-979-22-6905-5
Halaman: 304
Format: Softcover
Cetakan: 6, April 2012
*
Surat cinta dari secret santa, close-up-nya ada di sini |
Setelah melakukan terawangan, mengunjungi semua markas klub liga Inggris yang berjersey merah (untung ga digebukin tuh karena saya pake jersey biru :p) sebelum akhirnya menclok di Emirates Stadium dan konsultasi intensif dengan oom Arsene Wenger >_< saya menebak bahwa SS saya adalaaah...
Nina Ridyananda aka @ninandda16 dari The Bookaddict Diaries
Bener kaaan bener kaaan.. *gelendotan sama Aron Ramsey, ditendang sang SS*
Hieeeee.. petunjuknya berbau2 bola.. *ngga ngerti*
ReplyDeleteUntung bukan Santa ku.. Hihihihi..
ini juga setelah dibisikin looh XD
Deletehahaha...lucu ih clue2 nya =D btw buku tere liye yang ini banyak yang bilang mirip sama Big Fish, bener ga ya? aku belum pernah baca soalnya...
ReplyDeletebelum baca Big Fish *jadi penasaran
Deletehuahaha, jerseynya banyak yg merah mah di Inggris, termasuk jersey klub favea aq xD
ReplyDeleteitu diaa.. saya keliling Inggris tuuh buat nyari dia yang asal Wales bernomor punggung 16 hihi.. moga2 benerr
Deletenyari wangsitnya jauh yaaaa :))
ReplyDeleteikutan penasaran bener apa gak?? hehe
huwaa moga2 benerrr *deg2an XD
DeleteTebakanku ten tang santa-nya mbak desy sama nih. Beneran si Nina bukan ya?
ReplyDeletewah hebat nih bisa tahu siapa aja anggota BBI yang suka bola :))
ReplyDeleteaku juga suka tim merah di EPL ko gak jadi tersangka ya?
ReplyDeleteKarena mas Tezar kuliahnya bukan di bidang medis ;p
Deletetrus masa mas Tezar sukaannya Aron Ramsey hihi
Deletehadeh kereen nyari petunjuk SS nyaah :))
ReplyDeleteAku ga ngerti bola sama sekali.. keke, semoga tebakannya bener :D
ReplyDeleteSebenernya jelas banget sih riddle-nya, soalnya di Twitter-ku jelas aku nulis 'proud Arsenal's Gunner' dan devoted '#AaronsArmy'. Nggak susah kan mbak? :D Siapa aja sih cewek di BBI yang doyan nonton bola? *penasaran juga*
ReplyDeleteBukunya masih ada di tumpukan (ninja)
ReplyDeletesemoga bisa kulahap tahun ini.
Review nya bagus Mb. Dessy.
ReplyDeleteSaya juga belajar bikin review novel dengan judul yang sama....
Mohon komentar dan bimbingannya :D
http://sinopsisnovelpopuler.blogspot.com/2013/02/dongeng-penggugah-semangat.html
ditunggu Mb. Dessy
Salam Kenal....
[Pratama]
Wah dulu sih suka sama bola, jadi sekarang kalau riddle bola mungkin akan bisa jawab pada masanya ajanya, ahaha
ReplyDelete