Saturday, March 28, 2009

Twilight Saga: Kesederhanaan Cinta


* Spoiler Alert *

Biasanya saya menyenangi buku2 dengan tema2 menantang seperti Dunia Sophie (Sophie's World) atau Perfume, atau yang digenangi bahasa2 rumit macam buku2nya Dewi Lestari, atau yang agak2 menyenggol ranah kepercayaan seperti Golden Compass... atau yang sederhana tapi penuh petunjuk2 samar yang penuh kejutan seperti Harry Potter.

Kisah cinta adalah prioritas paling akhir dalam membaca apalagi membeli buku.

Karenanya saya terheran2 sendiri bagaimana saya bisa saya melahap 4 buku serial Twilight dalam waktu kurang dari 2 bulan (well, mungkin bkn rekor yg terlalu impresif, tp cukup mengejutkan buat ukuran sy :p).

Kesederhanaan yang memikat. Itulah impresi saya terhadap serial ini.

Membaca Twilight dan ke-3 buku lanjutannya, kita tidak akan disuguhi kata2 yang rumit, dialog yang berbelit, atau petunjuk2 misterius... Semuanya begitu sederhana, gamblang, mudah ditebak... tapi anehnya, tidak membosankan. Satu2nya elemen dalam kisah ini yg tidak bisa saya tebak hanyalah kemunculan Nahuel pada bagian akhir Breaking Dawn.

Twilight membuat segala kerumitan cinta penuh air mata dan konflik ala sinetron2 terasa basi dan berlebihan.

Inilah bukti bahwa sebuah buku yang sukses dan memikat tidak perlu kusut, cukup sederhana dengan penokohan yang kuat dan unik... terciptalah kisah cinta romantis yang mempesona.

Bravo buat Stephanie Meyer dengan Twilight Saga-nya!