Monday, December 31, 2012

Favorite Books 2012


Posting terakhir dari rangkaian Book Kaleidoscope 2012. Dan seriusan, ini yang terberat. Pemilihan Cowok Fiksi Terfavorit dan Best Book Covers ga ada apa-apanya dibanding ini. Saya ga bisa cuma milih 5. Jadi, dari 74 diperas jadi 20, disaring lagi jadi 12, lalu 9. Iyah, dapet 9 ini udah maksimal banget keringetan nyaringnya :p

Saya kurang yakin dengan urutannya, bagi saya No.9 sampai No.2 itu semuanya di posisi yang sama, tapi masa No.2-nya ada 8 :p

Baiklah, mari langsung saja kita tampilkan satu persatu;

Favorite Books 2012

9. 99 Cahaya Di Langit Eropa (Hanum Rais - Rangga Almahendra)


Buku yang menggugah hati. Beberapa buku tercipta untuk menginspirasi kita melihat dunia, sambil menengok ke dalam batin untuk kontemplasi diri. Ini, adalah satu di antaranya.

8. The Perks of Being A Wallflower (Stephen Chbosky)


Kisah Charlie si cowok kikuk ini entah kenapa mengikat dengan konflik khas remajanya.
And in that moment, I swear we were infinite.
Please believe that things are good with me, and even when they're not, they will be soon enough. And I will believe the same about you.
"And even when they're not, they will be soon enough" jadi mantra saya sejak itu.

7. Life of Pi (Yann Martel)



Kalau ada yang mengatakan membaca ulang sebuah buku itu hanya buang-buang waktu, bilang sama mereka; salah banget! Terbukti, membaca ulang Life of Pi di penghujung tahun ini merupakan pengalaman yang luar biasa.
Life of Pi merupakan kisah yang membawa saya kembali pada apa yang dipercayai namun lama ditinggalkan, dan mengingat kembali apa arti semangat dan Tuhan.

6. Snow Country (Yasunari Kawabata) 


Kisah yang hening dan indah tentang seorang pria yang terlalu lama hidup dalam "dunia mimpi". Tak urung setelah membaca ini saya jadi bertanya-tanya, apa mungkin saya juga hidup dalam "bubble" saya sendiri dan lari dari kenyataan?

5. The Fault in Our Stars (John Green)


Being sick sucks.
Buku ini sedikit banyak merepresentasikan saya.
Kadang menjadi sakit ga harus selalu membuat seseorang mendadak jadi mahluk mulia yang meninggalkan jejak yang dalam dengan cara mendirikan badan-badan sosial dan lain sebagainya itu. Kadang ini hanya tentang keinginan mencecap rasa normal, sambil berusaha mencerna bahwa kenyataannya tidak senormal itu.
Kadang, jejak terdalam adalah yang kita tinggalkan pada orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi kita, dan itu cukup.

4. The Picture of Dorian Gray (Oscar Wilde)

Bukan edisi yang saya baca, tapi yang paling ingin saya miliki
Dark, intriguing, witty.
Di antara semua, mungkin ini buku yang tidak membuat saya banyak menangis, tapi justru banyak tertawa. Agak aneh ya, padahal buku ini termasuk gothic yang mustinya agak-agak muram dan horor. Meski memang muram dan agak horor, tapiii siapa yang ga ngakak kalau ngobrol sama Lord Henry!
Simak saja ini;
"Never trust a woman who wears mauve, whatever her age may be, or a woman over thirty-five who is fond of pink ribbons."
"Beauty, real beauty, ends where an intellectual expression begins. The moment one sits down to think, one becomes all nose, or all forehead, or something horrid."
*masih belajar nih cara mikir dengan cantik >_<

3. Metamorphosis (Franz Kafka)


Entah bagaimana menjelaskannya, tapi kalau kamu butuh buku yang bisa menamparmu, membangunkanmu dari "dunia mimpi", coba ini. Dan kalaupun kamu ga butuh ditampar, buku ini akan tetap menamparmu :p
Keluarga, sejatinya merupakan tempat bersandar yang menerimamu apa adanya. Akan tetapi, apabila kamu sudah sedemikian menjadi beban - seperti halnya Gregor Samsa yang berubah wujud jadi kutu tak berguna - mungkin, sebaiknya, yaah, kamu mati saja. Dengan begitu keluargamu akan terlepas dari beban, dan bahagia. *Ouch!*

2. Romeo and Juliet (William Shakespeare)


Tragically romantic. Recitable lines. All time classic love story.
Ga punya kata lain lagi buat yang satu ini.
"Is love a tender thing? It is too rough,
Too rude, too boisterous, and it pricks like thorn." ~ Romeo

- 1 -

Battle Royale 
(Koushun Takami)

Tanpa ragu, inilah buku terfavorit saya tahun ini.
Pertama terbit di Jepang tahun 1999, versi yang saya baca adalah new edition dari edisi bahasa Inggris-nya.
Peraturan Battle Royale sangat sederhana; 42 murid, hanya 1 yang selamat. Terdengar seperti kisah survival biasa? TIDAK!
Kedalaman dan intensitas ceritanya mencengangkan. Terbungkus dengan indah dan gila dalam dark humor yang mengaduk-aduk emosi, yang dalam berbagai kesempatan membuat saya tertawa sekaligus sedih dan juga miris.
Koushun Takami berhasil menampilkan puluhan karakter dengan sangat hidup, yang membuat saya sebagai pembaca mencintai dan menangisi setiap karakter yang tewas (dengan intensitas tangisan dari ringan - parah). Bahkan karakter paling sadis dan menyebalkan sekalipun punya latar belakang yang menyebabkan mereka jadi begitu.
Tak ada seorang pun pantas mati dengan cara seperti itu. Tak ada.

Selesai membaca Battle Royale saya mengalami apa yang saya sebut dengan PABS - Post Awesome Book Syndrome alias Sindrom Pasca Buku Keren - jenis penyakit yang sering saya alami setiap kali selesai membaca buku yang menurut saya sinting kerennya :p Ciri-cirinya; jadi lesu dan lamaaa ga bisa baca buku, setiap kali mau baca buku baru mendadak ga napsu karena ngerasa ga akan ada yang bisa mengalahkan kegilaan si buku keren itu.

Ga heran, kalau salah satu karakternya - Shinji Mimura - jadi terfavorit saya di tahun ini juga :D

*

Berasal dari genre yang berbeda-beda, 7 dari 9 buku tersebut adalah pengalaman pertama saya dengan penulisnya. Dari 9, hanya 1 yang lahir dari penulis tanah air, mungkin karena tahun ini memang tidak terlalu banyak membaca karya lokal *ditujes Garuda.

Ada yang dibaca karena ngehits banget kaya The Fault in Our Stars. Ada yang akibat pengaruh buku lain, seperti Romeo and Juliet yang saya pilih untuk Let's Read Play karena banyak di-quote di New Moon. Tapi ada juga yang merupakan random-pick, asal pilih tanpa baca-baca sinopsis atau review. Metamorfosis, misalnya, asal comot di lapak obralan di depan sebuah toko buku terkemuka. Atau The Picture of Dorian Gray, yang asal unduh dari Gutenberg.

Membaca adalah sebuah petualangan. Jadi, tak harus selalu terikat pada nama pengarang tertentu, atau aneka review. Tak ada salahnya sesekali ambil saja sebuah buku dari rak toko buku dan nikmati petualangannya.

Sayangnya banyak dari buku dalam list ini yang belum saya review, moga bisa menyusul >_<

Dengan ini, selesai sudah rangkaian posting Book Kaleidoscope 2012. Terima kasih Fanda, udah bikin meme akhir tahun yang seru banget!

Setelah ini, saya mau jalan-jalan liat-liat list favorite books teman-teman blogger lainnya *siap-siap ngeces

The Merchant of Venice

Bassanio is on a mission; he wants to win Portia - a beautiful and rich heiress - and make her his wife. But in order to do so, he needs to take a journey from Venice to Belmont and for that he needs money. Bassanio comes to Antonio the merchant and asks Antonio to lend him three thousand ducats. Because at that moment Antonio's ships haven't yet to dock thus he hasn't got such amount of money, he tells Bassanio to find a lender.

Shylock - a Jewish moneylender who hates Antonio for the fact that he's a Christian and often lending money without interest - agrees to lend the money in one condition; if Antonio cannot repay it on the exact date, he can take a pound of Antonio's flesh.

At first Bassanio is reluctant since it's very risky.

You shall not seal to such a bond for me,
I'll rather dwell in my necessity ~ Bassanio, Act I Scene III

But Antonio persuades Bassanio to take the money, he is sure that his ships will come on time. At this point we can see that Antonio is very dear to Bassanio, so much that he is willing to take such risk to help his friend.

Come on, in this there can be no dismay,
My ships come home a month before the day ~ Antonio, Act I Scene III

And so with the money Bassanio departs for Belmont.

Miles away in Belmont, Portia must face some gentlemen who come to win her. Her father prepared a contest that whoever wishes to become Portia's husband must choose the right casket out of three.
By putting this test into his will, her father had hoped that Portia would get a good worthy husband whose intention is pure and not merely money and power.

And then there is Jessica, Shylock's daughter, who's in love with Lorenzo. Lorenzo, being Christian, is of course not approved by Shylock.

Shylock and Jessica, by Maurycy Gottlieb | Source

Bassanio has no problem in taking the three-casket test to win Portia. Portia, is even attracted to Bassanio before he takes the test. But the real obstacle is the upcoming event where Antonio's ships are wrecked at the sea, leaving Antonio unable to repay his debt to Shylock. Shylock of course is happy, and eager to take Antonio's flesh as his long buried revenge.

It is impossible for Bassanio to be happy when Antonio is in despair. This, is when Portia shows her intelligence to solve everybody's problems.

*

Having read A Midsummer Night's Dream, I am more than delighted that the hero in The Merchant od Venice is a woman; Portia. Beautiful, rich and smart, well well Bassanio you're a lucky guy!

Portia at the court, watercolor art by Hannah Tompkins | Source

With Shylock - a Jewish - as a full of vengeance villain who then is forced to convert to Christian, I think The Merchant of Venice is probably a little disturbing for today's readers/audiences. However, looking back to the era when Shakespeare wrote this, it was probably acceptable and not much a problem at that time (I really don't know for sure though).

Al Pacino as Shylock in 2004 film | Source

On the other hand, I think the Christian-Jewish theme was not meant to be taken too seriously, simply a background, to thicken the feel of hatred and the urge for vengeance (considering the history). This background can be replaced by any situation; as long as Antonio remains a good merchant, while Shylock is the opposite. Though of course by replacing the background, Shylock won't be famous for his "hath not a Jew eyes" speech.
If you prick us, do we not bleed?
If you tickle us, do we not laugh?
If you poison us, do we not die?
and if you wrong us, shall we not revenge? ~ Shylock, Act III Scene I

The Merchant of Venice didn't make me laugh out loud, only a little grin over some comical scenes involving Launcelot and Gobbo, and the failed suitors. The play is often categorized as tragic comedy or problem play; which lies between tragic and comic. But it still - being a comedy - has a happy ending and is a light non-depressing read :D

[Edit: I can now laugh imagining the court scene, it does have a potential to become a comical and laughable scene]

Love and lust, revenge and mercy, we are always floating in between. Let's pray we are protected from greed we cannot overcome and hatred we cannot bear.

3 cups of coffee for The Merchant of Venice, plus 1/2 for our smart Portia.



The Merchant of Venice is play by William Shakepeare
First published in 1598
Ebook by: Feedbooks

Saturday, December 29, 2012

Enjoy The Book, Crack The Riddle

Ini adalah pertama kalinya saya ikut serta dalam Secret Santa Blogger Buku Indonesia (SSBBI)... Excited!

Tujuan SSBBI ini adalah biar sesama anggota BBI saling kenal satu sama lain. Biar makin akrab gituu. Kebetulan banget, berhubung saya member baru, dengan penuh semangat saya ikutan SS tahun ini.

Cara mainnya gampang-gampang susah; setiap member yang ikutan akan mengirim dan menerima sebuah paket buku. Sampai di situ masih gampang. Paket yang kita kirim maupun kita terima itu tak ada identitas pengirimnya. Nah itu dia yang susah. Ketika mengirim, petugas jasa pengiriman paket bersikeras harus ada nama+nomor telepon pengirim. Untung saya punya 2 nomor seluler, jadi saya beri nomor tersebut (nomor yang tidak terdaftar dalam list BBI tentunya) beserta sebuah nama samaran yang cukup imut. Ketika menerima paket lebih rumit lagi, karena penerima buku harus menebak siapa gerangan sang Secret Santa-nya. Huwaa ini dia!

Setelah agak deg-degan beberapa hari ini, akhirnya dengan bahagia saya menerima paket cinta dari my Secret Santa. Makasih yaa, pas banget sekalian jadi kado ultah saya juga di akhir tahun ini ^_^

Terbungkus dengan cantik


Isinya... Tere Liye yaay! \^_^/


The riddle...


Close up!
Paragraf 1
Paragraf 2
Paragraf 3

Nah lalu, sekarang tinggal pusingnya nih menebak identitas sang santa rahasia. Yang tahuu bisikin doong >_<

Friday, December 28, 2012

Best Book Covers 2012

Setelah kemarin posting tentang cowok-cowok fiksi seksi yang ter-hawwt di 2012, sekarang kita menikmati cover-cover buku yang cantik. Bagi saya yang lemah pada cover buku rupawan, desain cover yang menarik itu salah satu pemicu daya beli saya :p

Baiklah, masih dalam rangka Book Kaleidoskop 2012, inilah 6 cover buku terfavorit dari semua buku yang saya baca tahun ini.

Best Book Covers 2012

6. The Fault in Our Stars (John Green)


Penerbit: Dutton Books
Desainer Cover: Irene Vandervoort
Biru cerah dengan awan hitam dan putih, eye-catching banget. Kalo nyari di toko buku pasti langsung ketemu. Suka sama font goresan kapurnya *brb cari font kaya gitu.

5. Snow Country (Yasunari Kawabata)


Penerbit: Gagas Media
Desainer cover: Jeffri Fernando
Sangat mencerminkan isi bukunya. Sederhana, sunyi, dingin, namun indah. Meski mungkin dengan cover seperti ini, Snow Country kurang menonjol bersaing di rak toko buku ya. Mungkin loh.

4. The Perks of Being A Wallflower (Stephen Chbosky)


Penerbit: Pocket Books, Simon&Schuster
Desainer cover: Rafaela Romaya
Quirky, fun. Suka sama komposisi huruf dan warnanya.


3. Hugo Cabret (Brian Selznick)


Penerbit: Mizan Fantasi 
Desainer cover: Brian Selznick
Untuk buku ini Bentang Pustaka mengadopsi desain cover aslinya. Entah memang harus seperti itu atau tidak, tapi saya pikir itu keputusan yang tepat. Desain Brian Selznick yang juga pengarang plus ilustrator buku ini menyatu dan menggambarkan dengan sempurna dunia Hugo.

2. Where She Went (Gayle Forman)


Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Desainer cover: Marcel A.W.
Jenis cover yang sulit saya tolak. Dinding kayu yang disapu dengan warna hijau memberi kesan shabby dan familiar - rasanya seperti benar-benar bagian dari masa lalu saya :) Tak lupa penampakan gitar bersandar di sudut.
Jujur, saya membeli buku ini karena covernya :p dan si cover ini pula yang menyebabkan akhirnya saya harus baca buku pertamanya juga - If I Stay.
Meski dari segi cerita If I Stay lebih bagus, tapi dari segi cover Where She Went lebih cantik.
Lebih senangnya, terselip pembatas buku yang senada, dengan kutipan yang manis di baliknya.

- 1 -
Winter Dreams
 (Maggie Tiojakin)

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Desainer cover: Staven Andersen
Ada sesuatu tentang cover buku ini yang memberi rasa hangat dan "luas". Sekaligus sepi dan nostalgic mirip dengan yang biasa saya rasakan setiap kali sore hari datang. Sesuatu yang membuat saya terserap ke dalamnya.
Sebenarnya saya merasa posisi dinding dan sang burung meski sudah di bidang kanan (sejajar dengan Dreams) tapi masih terlalu di tengah. Jadi penasaran kira-kira kalau digeser sedikiiit aja lebih ke kanan lagi, sehingga ada sedikit lebih banyak siluet gedung di belakang sana, gimana yaa. Penasaran aja sih :p


*

Cover buku memang tidak hanya sekedar menarik, tapi juga semestinya bisa bercerita selaras dengan isi buku tersebut. Ga jarang untuk buku-buku terjemahan, saya lebih menyukai desain cover terjamahan daripada aslinya, meski tak jarang juga sebaliknya :p

Nah, tadi itu Top 6 (aih lagi-lagi melebihi jatah yang cuma 5.. >_<) Best Book Covers 2012 versi saya. Tiga di antaranya karya anak negeri, dan dua teratas diduduki oleh penerbit GPU.

Buku apa aja nih yang tahun ini covernya kamu suka banget?

PS: Jika ada kesalahan dalam pencantuman nama desainer cover, tolong dicolek aja yaa.

Thursday, December 27, 2012

Cowok Fiksi Terfavorit 2012


Setahun ini saya membaca 74 buku. Dari 74 itu, entah berapa kali saya kejebak cinlok aka cinta lokasi bareng karakter-karakter cowoknya. Di jelang akhir tahun ini, bolehlaah kita beri ruang spesial bagi mereka untuk tampil. Dan kebetulan banget Fanda ngadain meme akhir tahun Book Kaleidoscope 2012. Akan ada 3 posting dalam rangkaian Kaleidoscope 2012 ini; book boyfriends, book covers, dan most favorite books. Ini, adalah posting pertama dari ketiga kategori tersebut.

Maka, dengan ini Ngidam Buku mempersembahkan penampilan para book boyfriends dalam...

Anugerah Cowok Fiksi Terfavorit 2012

Sesungguhnya sulit bagi saya membuat daftar ini. Lihatlah, yang mustinya Top 5 jadi  Top 8! >_<

Hitung mundur mulai!

8. Edward Ferrars (Sense and Sensibility)
Agak kikuk, tapi sederhana dan baik hati. Setia pada janji. Dan ketika Hugh Grant memerankan karakter ini, sukseslah dia menyusup ke jajaran nominasi Cowok Fiksi Terfavorit tahun ini.

Hugh Grant sebagai Edward Ferrars dalam film Sense and Sensibility (1995)

7. Mr. Darcy (Pride and Prejudice)
Kualitas yang paling saya suka dari Mr. Darcy adalah dia bisa diandalkan di saat genting. Meski ini juga dimiliki oleh Colonel Brandon (Sense and Sensibility), tapi berhubung Mr. Darcy lebih muda, lebih ganteng jadi maap ya mas kolonel, saya pilih Mr. Darcy :D

Matthew Macfadyen sebagai Mr. Darcy dalam film Pride and Prejudice (2005)

6. Thom (Negeri Para Bedebah)
Ga nyangka kalau Negeri Para Bedebah berhasil menyumbangkan karakter yang menarik. Profesional muda yang ganteng, sukses, body petarung, otak encer, dan... belum punya pacar! Daftar aah! *ditendang Julia, tendang balik kan dia belum jadian sama Thom <== malah berantem XD
Serius, saya berharap Thom muncul lagi di petualangan-petualangan seru lainnya.

Saya pilih Nicholas Saputra buat jadi Thom! *ketebak banget sih maunya :D | Source

5. Alex Hirano (Sunshine Becomes You)
Pianis kita! Sunshine Becomes You mungkin salah satu buku paling sederhana yang saya baca tahun ini. Tapi kesederhanaan tidak membuat karakter-karakter di dalamnya tidak menarik. Dengan kalimat deskripsi semacam "menyandarkan bahu ke dinding" saja bisa bikin saya klepek-klepek sama Alex Hirano ini.

4. Augustus Waters (The Fault in Our Stars)
Augustus Waters pernah didiagnosa mengidap osteosarcoma dan harus kehilangan kaki kanannya karena penyakit tersebut. Hobi main video game.
Yang bikin suka, apalagi kalau bukan kata-katanya yang suka gombal tapi romantis itu :D Setiap kalimat yang meluncur dari bibir seorang Gus selalu bikin nyengir-nyengir cinta, dan juga mewek berdarah-darah.
"Oh, I wouldn't mind, Hazel Grace. It would be a privilege to have my heart broken by you."
"I'm in love with you, and I'm not in the business of denying myself the simple pleasure of saying true things."
"You don't get to choose if you get hurt in this world, old man, but you do have some say in who hurts you. I like my choice. I hope she likes hers."

3. Christian Grey (The Fifty Shades Trilogy)
Terkejutlah! Ini aneh tapi nyata, mas Grey bisa di posisi 3! LOL
But... who doesn't love a sexy, dark and broken man like Grey!
"By popular demand, I'm going to restrain you" ~ Fifty Shades Freed
"I need control, Ana, like I need you" ~ Fifty Shades Freed

Tetep sih ngebayanginnya Robert Pattinson XD | Source
 2. Tak ada runner-up.. langsung ke Juara Pertama!

- 1 -

Dan pemenangnya adalah...

Jem Carstairs
(The Infernal Devices)
&
Shinji Mimura 
(Battle Royale)


Apah? Pemenangnya dua? Iya, karena saya ga bisa menomorduakan satu dari lainnya, jadilah mereka pemenang kembar :D

Jem Carstairs; pria lembut yang jago main biola ini membuat saya mewek dan langsung menyatakan diri akan mencintainya sampai kapanpun - karena mengucapkan dua kalimat ini;
"Mencintai sama hebatnya dengan dicintai. Cinta bukanlah sesuatu yang bisa tersia-sia" ~ Clockwork Angel
"Aku tahu kau tidak merasa seperti manusia, dan kau merasa berbeda, jauh dari hidup dan cinta, tapi... Aku janji, laki-laki yang tepat tidak akan peduli" ~ Clockwork Angel

Tak bisa memutuskan siapa yang baiknya jadi Jem karena setiap ngebayangin Jem yang muncul selalu mata ramah Anthony Brown (Candy Candy) yang juga mahluk manga :p Pastinya karena Jem berdarah Cina, pemerannya harus bertampang Asia; mungkin Kim Hyun-Joong, Kim Soo Hyun.. atau Eiji Wentz? Kenichi Matsuyama si aktor serba bisa itu juga boleeh. Siapa aja deh, suprise me! :D

Jem Carstairs versi cover Clockwork Prince
Atau... dia? Oops ini sih Iskandar Widjaja, pemain biola profesional beneran, bukan aktor :D
Iskandar Widjaja, violinist.. Jem must look like this when he's playing the violin ^_^ | Source

Shinji Mimura; the geeky-womanizer. Digambarkan sebagai cowok playboy dan populer di sekolah karena wajahnya, tapi justru kepandaian (hacker ganteng dia ini), kepemimpinan dan rasa setia kawannya yang bikin saya kesengsem. Meski playboy, Shinji belum pernah benar-benar jatuh cinta (jatuh cinta padaku ajaa Shinji *mulai ngaco*).
Selama dalam permainan Battle Royale, ia sering teringat pada pamannya, orang yang dianggapnya sebagai panutan. Anting yang dipakai di telinga kirinya adalah kenang-kenangan dari sang paman.
Saya sangat mudah mengeluarkan air mata ketika membaca buku. Tapi Shinji-lah yang bisa membuat saya sesenggukan parah; di mana saya belum pernah separah itu nangis dengan sepenuh jiwa-raga gara-gara buku sebelumnya...
"You know it, I'm the man."
"Ikumi. I hope you fall in love with someone nice and have a good marriage. I might end up dying without knowing what it's like to be in love."
"Hey Uncle, I should have found a steady girlfriend, huh?"
"That's too much, Yutaka. I mean there's no end to suspicion once you get going. But you're going too far."
"Yutaka. I was trying to protect you. How could you suspect me? I trusted you... How horrible to be suspected by someone you trust."
Shinji Mimura, diperankan oleh Takashi Tsukamoto dalam movie Battle Royale (2000) | Source

*

Sebenarnya masih ada beberapa lagi pria yang menarik seperti Four (Divergent), Peeta (Hunger Games Trilogy), Sydney Carton (A Tale of Two Cities), Gabriel Lightwood (The Infernal Devices), Shogo Kawada (Battle Royale), dll (mata keranjang ya saya, gebetannya banyak :p) tapi mereka ga sampai membuat saya amat sangat tergila-gila, jadi terpaksa terdepak dari daftar.

Owkee, itulah daftar Cowok Fiksi Terfavorit 2012 versi saya, kalo kamu? Ada yang samakah?

Monday, December 17, 2012

Sense and Sensibility

Cover edisi Penguin Deluxe - I want this!!
Saat Mr. Dashwood meninggal dunia, Norland Park - rumah yang selama ini ditempatinya bersama istri dan ketiga putrinya - secara hukum harus jatuh ke tangan putra pertamanya - John Dashwood - dari istri pertama. Maka ketika John Dashwood beserta istrinya Fanny pindah dan menempati rumah tersebut, keadaan menjadi tidak nyaman bagi Mrs. Dashwood dan putri-putrinya; Elinor, Marianne, dan Margaret.

Kepindahan Fanny ke Norland, di sisi lain, mempertemukan Elinor dengan Edward Ferrars - kakak lelaki Fanny. Elinor dan Edward dengan cepat menjadi akrab. Namun ketika akhirnya Mrs. Dashwood mendapatkan rumah di tempat lain, Elinor terpisah dari Edward.

Di rumah baru, Barton Cottage, cinta bersemi pada Marianne. Di sana ia bertemu dengan pemuda bernama John Willoughby yang tidak hanya tampan tapi juga menyukai buku-buku yang sama, dan memiliki pemikiran dan semangat yang sama seperti Marianne. Marianne yang cantik, cerdas dan ceria juga menarik perhatian Colonel Brandon - pria 35 tahun yang kaya namun sayangnya terlihat membosankan bagi gadis itu.

Kedekatan Marianne dan Willoughby

Tentu saja urusan percintaan ini tidak sesederhana itu; karena kemudian ada Lucy Steele yang merupakan cinta pertama Edward dan Eliza Williams yang adalah sisi kelam Willoughby. Lalu ada pula Miss Grey dan Robert Ferrars, ikut andil dalam cerita.

Elinor (Emma Thompson), Marianne (Kate Winslet), Mrs. Dashwood (Gemma Jones) dalam film adaptasi Sense and Sensibility (1995) | Sumber

Sense and Sensibility bersentral pada dua bersaudara Dashwood; Elinor (19 tahun) dan Marianne (16 tahun). Elinor seorang gadis yang "memimpin" keluarga, selalu memakai akal sehat, memiliki penilaian yang lebih dalam, dan tenang. Mampu menyembunyikan perasaannya dan lebih memperhatikan perasaan orang lain. Dalam hal pria, Elinor menghargai kesederhanaan dan ketulusan.

Elinor
"At first sight, his address is certainly not striking; and his person can hardly be called handsome, till the expression of his eyes, which are commonly good, and the general sweetness of his countenance is perceived" ~ Chapter IV

Sedangkan Marianne, cerdas, ceplas-ceplos, ekspresif, menyukai buku dan musik. Tak seperti Elinor yang dengan mudah melihat kelebihan Edward yang sederhana atau Colonel Brandon yang tulus, Marianne menganggap kedua pria itu terlalu biasa. Ia tidak terlalu menghargai pria yang tidak punya selera bacaan dan musik yang setara dengannya, mudah terpesona pada pria yang pandai bicara dan seromantis dirinya.

Marianne
"To satisfy me, those characters must be united. I could not be happy with a man whose taste did not in every point coincide with my own" ~ Chapter V
"He may live twenty years longer. But thirty-five has nothing to do with matrimony" ~ Chapter VIII <== ini minta dipentung :)))

Meski agak bertolak-belakang, keduanya saling menyayangi dan melindungi. Marianne sangat marah ketika lukisan Elinor dihina oleh Mrs. Ferrars (ibunda Edward), dan sangat terpukul ketika mengetahui kakaknya itu begitu lama memendam kesedihan akibat cintanya pada Edward. Elinor pun, sangat cemas ketika Marianne sakit parah dan selalu tidak menyetujui hubungannya dengan Willoughby karena merasa pria itu tidak cukup tulus dan menyimpan rahasia.

Jane Austen juga membicarakan masalah uang dan pernikahan dalam novel ini. Bagaimana uang dan kekayaan akan selalu menjadi ganjalan dalam hubungan cinta. Ketika para karakter membicarakan pria atau wanita maka embel-embel jumlah kekayaan dan penghasilan harus selalu menyertai. Cinta yang romantis juga harus masuk akal, sulit untuk mengabaikan masalah uang dalam pernikahan.

Beberapa karakter pria yang ditampilkan dalam kisah ini juga menarik.
- John Dashwood yang sesungguhnya ingin menepati janji untuk merawat ibu dan adik-adik tirinya tapi mudah terpengaruh pada ketamakan istrinya, dan juga selalu memikirkan uang.
- Willoughby yang muda dan bergairah tapi lemah pula pada harta.
- Edward; sangat menjaga janji dan tanggung jawabnya bahkan pada wanita yang tidak terlalu sepadan, meski itu artinya harus mengorbankan perasaannya.
- Colonel Brandon yang matang dan tenang, mampu menjadi tumpuan dalam keadaan genting.

Edward (Hugh Grant), Willoughby (Greg Wise), Col. Brandon (Alan Rickman) dalam film adaptasi Sense and Sensibility (1995) | Sumber

Hal lain adalah tentang cinta kedua. Kadang yang pertama tidak berhasil. Ketika cinta pertama berlalu, jangan menutup hati pada cinta. Karena yang kedua, mungkin adalah yang sejati *aseek* Yang kedua gagal lagi? Ya terus dong ah cari yang lain jangan menyerah :D

Dan satu lagi; jangan cuma merasa, mengira bahwa dia mencintai kamu kalau dia ga bilang langsung ke kamu! Hati-hati, jangan-jangan kamu cuma ge-er! <= ini pesan singkat dari Elinor >_< (Meski sebenarnya Elinor sendiri agak tidak konsisten memegang prinsip ini)

Menarik bahwa pada suatu titik Sense and Sensibility sebenarnya menawarkan dua opsi ending; yang romantis atau yang praktis. Saya hampir yakin bahwa pilihan pertama yang akan diambil Miss Austen untuk salah satu heroine-nya, mengingat kisah roman punya kecenderungan seperti itu, tapi ternyata tidak; praktis dan berakal sehat lah yang menang *ngomong apa ini hayoo, baca dong bukunya! :p

3 cangkir kopi untuk dua bersaudara Elinor dan Marianne untuk perjalanan menemukan cinta mereka, 1/2 cangkir lagi untuk Edward Ferrars yang membuat nama Edward memiliki arti baru bagi saya ^_^



Judul: Sense and Sensibility
Penulis: Jane Austen
Pertama terbit: 1811
Format: ebook, oleh Project Gutenberg
Ilustrasi: Hugh Thomson