Kalau biasanya saya mereview kumcer secara keseluruhan, kali ini saya memutuskan untuk menulis kesan untuk setiap cerpen, biar ga cepat lupa sama cerita-cerita di dalamnya. Makanya ripiu ini jadi puanjang.
Tapi, bertahanlah, sebab di akhir review seluruh energi Anda tak akan sia-sia, ehm ^^
ada typo dikit :D |
Gohu Buat Ina
(Vera Mensana)
Andine dan Ina kawan sekos, janjian bikin gohu. Ketika keduanya sibuk membuat gohu, Ina mengaku pada Andine bahwa dia sedang hamil. Pengakuan yang membawa Andine pada kenangan buruk di masa lalu.Di antara kelima cerpen di Tema Kuliner, inilah yang berhasil membuat saya ngiler sama makanan yang disuguhkan.
Bakcang Terakhir
(Faye Yolody)
Beberapa lama sejak kematiannya, arwah Ayla masih melayang-layang membayangi ibunya. Hingga tibalah waktu baginya untuk mengucapkan selamat berpisah pada sang ibu, untuk bereinkarnasi.Sebenarnya endingnya tertebak ya, tentang sebagai siapa Ayla akan lahir kembali ke dunia. Lebih tepatnya, demikianlah semestinya. Tapi jujur, saya berharap hubungan Ayla dengan bakcang sang bunda tidak berakhir.
Saya agak mengharapkan adegan yang sedikit berbeda untuk membuat pembaca memahami di keluarga mana ia dilahirkan kembali. Alih-alih Ayla sebagai janin yang mendengar percakapan di luar sana, saya membayangkan Ayla yang lahir kembali, berada di sebuah upacara - yah mungkin upacara kelahiran atau apa saja yang sesuai dengan tradisi - kemudian mencium bau sedap (sebagai bayi tentu saja ia tak tahu itu bakcang) yang entah mengapa terasa familiar.
Hihi sudah abaikan saja imajinasi aneh saya ini XD
Brongkos Mertua
(Adeste Adipriyanti)
Mertua jago masak vs menantu yang anti masak. Dan suami yang cinta mati masakan mama.Saya cukup kagum pada si menantu yang meskipun dengan lancar menceritakan kesinisan mertuanya pada dirinya, masih tetap mau belajar memasak brongkos pada sang mertua.
Saya juga acungi jempol untuk sang mertua yang meskipun sinis banget sama menantunya, tetap dengan tabah mau mengajarinya memasak. Pasti nyebelin banget kan bagi seorang mertua yang chef keluarga, ngajarin menantu yang ga tahu apa-apa soal dapur (bayangin aja, istri anaknya! Gimana nasib anakku dengan istri yang ga bisa masak ini! pasti begitu pikirnya XD)
Dengan ending yang menegangkan dan segar, inilah cerpen yang paling saya sukai di Tema Kuliner ini.
Sup Suzie
(Rieke Saraswati)
Suzie suka menari. Suzie ditinggal mati suami. Suzie jatuh hati pada si guru tari. Suzie bukan koki, tak seperti mendiang suami. Suzie membuat sup untuk sang buah hati. Suzie digebuki.Demikianlah kira-kira perjalanan hidup Suzie.
Dengan segera terlihat, gaya bercerita Rieke memang menonjol dibandingkan dengan yang lain. Saya suka sebenarnya. Sayangnya, jalan ceritanya sendiri seperti tertutupi oleh kecanggihan gaya menulis tersebut.
Nantinya, di cerpen-cerpen Rieke berikutnya di Little Stories, kekaburan ini akan semakin terasa mengganggu. Sup Suzie adalah satu-satunya yang cukup jelas jalan ceritanya bila dibandingkan dengan 3 cerpen Rieke lainnya.
Semangkuk Bakso Tahu
(Rinrin Indrianie)
Bapak yang tua dan sakit ingin menyantap bakso tahu. Sang anak yang bahkan untuk membeli semangkuk bakso tahu saja tak ada uang, berusaha memenuhi permintaan tersebut.Semangkuk bakso tahu adalah cerita yang paling polos dalam Tema Kuliner ini. Tidak ada kejutan, tak ada ketergesaan, mengalir lurus saja. Keuntungannya, dengan begitu sebenarnya penulis bisa membangun emosi dengan lebih baik. Namun bila gagal, akan jadi membosankan. Dan saya kurang sabar, dengan lembar yang banyak dan alur yang lempeng, juga ending yang dari awal saya yakini sudah pasti akan seperti itu.
Satu hal saja, saya mengharapkan kalimat penutup yang lebih menyesakkan lagi.
*
Pisau
(Rieke Saraswati)
2 perempuan dan 1 lelaki, dari pub ke ranjang (?) Atau 1 perempuan dan 2 lelaki? Atau 3 lelaki? Ada main pisau. Ada perempuan yang hobi nusuk orang, yang konon kharismanya bisa membuat lelaki manapun rela ditusuk olehnya, yang ternyata juga sama sekali bukan perempuan.Oke, lalu? Ya gitu aja sih.
Lemparkan Saja Ke Sungai
(Vera Mensana)
Josephine dan Katarina, sepupu yang berseteru. Siapa yang dicintai nenek? Bagi Josephine, lebih baik lemparkan saja buku masak nenek ke sungai. Buku masak yang kabarnya nantinya bakal diwariskan pada Katarina.Diambil dari sudut pandang Josephine yang tampaknya memiliki mama yang tidak disetujui sebagai menantu oleh sang nenek. Drama mengarah pada mama yang berusaha membuat Josephine lebih menyayangi nenek. Tepat ketika cerita seperti akan serius atau mengharu-biru, kita dibawa kembali pada kenyataan Josephine yang tetap saja badung, senang dengan kemenangannya atas Katarina.
Melankolia
(Adeste Adipriyanti)
Ezra sudah membunuhku kemarin, minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu, tapi aku tak akan mati semudah itu.Ini cerpen favorit saya di Tema Prompter. Horor dan gilanya dapet, dengan karakter, setting dan jalan cerita yang tetap jelas.
Sang Ilalang
(Rinrin Indrianie)
Rani dan Ilalang teman kecil yang terpisah. Lama, hingga suatu hari Rani mendapatkan buku catatan Ilalang. Catatan perpisahan.Cerita ini berhasil membuat saya bernostalgia ke masa sekolah dulu, uhuk. Sayangnya, alur rindu seorang Rani pada Ilalang kurang terbangun, jadi kelihatannya sama saja Rani membaca buku itu atau tidak, tidak banyak mengubah hidup Rani sendiri.
Serunya Membunuh Orang Gila
(Faye Yolody)
Ayahku mati. Ibuku jadi gila. Adikku depresi dan tahunya hanya minta uang. Inikah waktunya bagiku untuk membunuhnya?Kelihatannya semua yang mengambil prompter "Ezra menghunus pisau dapur ke arahku" memilih untuk membuat cerita seputar kegilaan dan kekerasan. Apakah pisau terhunus memang identik dengan dua hal tersebut? Kalau memang sudah sejelas dan seterarah itu, mengapa tidak sekalian saja Tema Orang Gila.
Di cerpen ini tak terlalu terasa timbunan stres pemicu kegilaan pada si tokoh utama. Justru si tokoh utama terkesan santai saja dengan keadaan keluarganya.
*
Teror di Kaki Bukit
(Adeste Adipriyanti)
Proyek Pembangunan Mega Resort akan mengambil lahan pekuburan. Para hantu pun berdemo.Jika di Tema Prompter Adeste berhasil membuat kisah hantu yang mencekam dan menarik, di sini ada lubang besar yang membuat cerpen ini berakhir sebagai sekedar cerita. Saya mengerti maksud kisahnya; keserakahan. Namun pemakaian hantu dan karakter kiai menjadi aneh. Sungguh janggal bagaimana mungkin seorang kiai mempercayai hantu!
Apakah dia kiai palsu? Sebab jika ia memang kiai dengan ilmu agama dan ilmu gaib yang tinggi, ia tidak akan mengucapkan kata-kata yang seakan-akan mengamini bahwa kegaduhan di bukit itu adalah ulah hantu. Seorang kiai tentunya paham bahwa konsep hantu tidak ada, apalagi arwah menuntut hak atas tanah. Sang kiai pasti akan mengungkapkan sesuatu tentang jin, alih-alih orang mati. Jangan-jangan yang berdemo jin kiriman kiai? Hush, kok malah suudzon >_<
Saya paham bahwa kisah hantu selamanya tidak akan pernah masuk akal, karena hantu memang tidak ada (Kecuali mungkin jika cerita itu menyebut jin dan bukannya hantu, dan biasanya sih ga terjadi ya. Arwah penasaran lebih menjual daripada jin :p). Tapi - seperti hal-hal tak masuk akal lainnya - bukan berarti tidak bisa diolah menjadi cerita yang menarik. Terbukti Adeste berhasil dengan Melankolia-nya.
Sayang sekali, kali ini ada detil kecil yang tidak mendukung, membuat cerita menjadi tidak meyakinkan.
Menunggu Ayah
(Rinrin Indrianie)
Sekian lama Bimo ingin bertemu ayah. Saat akhirnya pertemuan itu terjadi, Bimo di rumah sakit sebagai korban demo.Di cerita ini saya sebal sekali pada karakter ibu. Sebenci-bencinya pada ayah putranya, masa ketika Bimo bertanya siapa yang mengadzaninya ketika lahir, si ibu dengan asal menjawab "Mungkin ayah... atau dokter... atau cleaning service". ??!!
Tapi Bimo ini anak yang baik banget. Meski ia berhak tahu tentang ayahnya, ia menyesal pernah merongrong ibunya untuk bercerita tentang si ayah yang entah siapa ini. Saya suka karakter Bimo ini, meski terlalu singkat tapi cukup membekas. Mungkinkah akan ada cerita lain yang bercerita tentang Bimo? (Spesial rikues: Bimo-nya dibikin ganteng yaa XD)
Surat Yang Tak Pernah Selesai
(Rieke Saraswati)
Ada demo. Seorang pria (?) di dalam mobil, bernostalgia dan menulis surat (?) Yah, atau mungkin sebenarnya cuma surat di dalam hati. Atau mungkin sama sekali bukan itu.Lagi-lagi tentang kegilaan. Dan lagi-lagi karakter, setting dan jalan cerita yang kabur.
Sudah saya sebutkan di awal bahwa saya membaca buku ini karena memang mengharapkan "kegilaan", dan semestinya style Rieke bisa memuaskan saya. Tapi apakah cerita yang "gila" dan canggih harus membingungkan? Atau saya yang tak cukup canggih untuk memahaminya?
Yang manapun, saya tetap merasa bahwa cerita adalah cerita, maka dia harus bisa bercerita, dan silahkan bergaya sedikit saja.
Aparat
(Faye Yolody)
Ada demo hari ini. Tugasku menjaga keamanan di sana. Meski istriku cemas, jangan-jangan aku terluka lagi.Ini adalah cerita favorit saya di Tema Demonstrasi. Selain Menunggu Ayah, inilah cerpen yang bersentuhan langsung dengan demo. Mengambil sudut pandang seorang petugas yang biasanya menjadi pihak yang dipersalahkan setiap terjadi bentrokan dalam demo.
Karakter Reine sebagai provokator dan penunggang aksi juga menarik. Hanya saja cara tokoh utama menyebutkan Reine dalam narasinya agak terlalu lembut dan kurang berjarak, seperti sedang menceritakan teman. Mungkin bagus jika Reine memiliki nama belakang. Katakanlah Reine Salamander? (Maaf kalau saya kurang teliti dan ternyata Reine memang punya nama belakang tapi saya melewatkannya). Jadi ketika si tokoh bernarasi ia tidak hanya mengucapkan "Reine" tetapi "Reine Salamander" atau sekedar inisial "RS" untuk memberi kesan berjarak. Atau "si RS" saja kalau sedang kesal XD
Saya menyukai ending yang dipilih, dengan sang hujan sebagai bintang tamu.
Firasat Sang Ayah
(Vera Mensana)
Wistara Hadiatmaja sudah tua. Kelihatannya inilah waktunya di mana ia harus memberitahukan putranya tentang "dosa" bisnisnya di masa lalu.Apa yang ingin disampaikan bisa dimengerti tapi karakternya kurang mantap dan secara keseluruhan kurang kena.
*
Nama Untuk Raka
(Rinrin Indrianie)
Pasien gila itu selalu menanyakan hal yang sama pada Lindu, seorang perawat; "Halo, siapa namamu?" Hari-hari Lindu kemudian diisi dengan menebak-nebak nama apa yang harus ia jawab, demi mengorek kisah dari si pasien.Dari ke-4 cerpen karya Rinrin, inilah yang paling saya suka. Siapa yang tak tertarik pada pasien cowok gila (& ganteng) yang bikin penasaran? XD
Kesabaran Rinrin dalam bercerita berbuah di sini. Meski selalu ada dialog yang diawali dengan pertanyaan yang sama "Halo siapa namamu" itu, gelitik penasaran mencegah saya dari bosan.
Sebenarnya ending dan pengungkapan jati diri Raka-nya asik juga, tapi saya kurang yakin dengan pilihan reaksi Lindu. Lagi-lagi, mungkinkah akan ada cerita versi panjang tentang 2 karakter ini, mba Rinrin? *ngarep*
Berdua Saja
(Vera Mensana)
Ahok dan putranya makan di mie di rumah makan. Hari ini hari penting. Ahok akan membawa mama baru bagi Niko.Saya suka sekali cerpen ini. Bisa jadi, ini favorit saya di antara semua cerpen di Little Stories. Sederhana, tapi suasananya terasa sekali. Warung makan, wangi bumbu, sampai-sampai rasanya saya bisa mencium bau bawang dan bunyi desisnya di wok. Atmosfir hubungan ayah dan anak, di mana sang ayah ingin mempersiapkan anaknya untuk seorang mama baru, simpel dan akrab.
Saya sampai terharu di 2 paragraf penutup.
Hanya saja, mengapa pagi hari? Seberapa pagi? Apakah hari libur hingga warung mie sudah penuh? Ya mungkin memang ada warung yang sudah ramai sekali di pagi hari, tapi rasanya makan mie kuah panas dan es cincau lebih enak kalau siang-siang. Apa karena setelahnya akan ke rumah calon mama? Rasanya tak apa kalau ke rumah calon mamanya esok harinya saja pagi-pagi.
Di luar itu, saya tetap menyukai Berdua Saja.
Pasien
(Rieke Saraswati)
May tak peduli lagi dengan suaminya. May mau Dr. Firman (Atau tepatnya dr. Firman? Atau dia dokter yang doktor?). Tapi Dr. Firman punya pacar, namanya Mike.Karena setipe dengan cerpen-cerpen Rieke sebelumnya, komentar saya untuk cerpen ini tak jauh beda.
Lorong
(Faye Yolody)
Rama selalu mendapati rangkaian mawar di mejanya, dan di lorong kantornya ada pria berjaket merah.Termasuk cerpen yang kurang saya pahami maksudnya. Mungkin memang maksudnya untuk dibaca dan dinikmati saja.
12 Juli
(Adeste Adipriyanti)
12 Juli adalah ulang tahun Partini. Hari yang dinanti-nantinya, sebab itulah saat rumahnya akan diramaikan oleh celoteh cucu-cucunya.Penulis berhasil membangun suasana rumah seorang perempuan tua. Termasuk ketegangannya menanti hadirnya si tanggal 12 Juli. Bahkan kalimat terakhirnya pun pas, terbayang sekali reaksi seorang nenek yang merajuk.
Cuma, kok ya anaknya itu kejem banget, Partini ini nenek tua loh, yang tahun depan mungkin belum tentu masih hidup, kok bisa-bisanya... Dan cuma karena alasan... Arrghh (maap kok jadi emosi :p)
*
Secara keseluruhan, saya cukup menikmati Little Stories. Ada cerita-cerita yang ternikmati sempurna. Ada beberapa karakter yang dinanti kemunculannya kembali. Ada pula penulis-penulis yang saya nantikan karya-karya selanjutnya.
Judul: Little Stories
Penulis: Adeste Adipriyanti, Faye Yolody, Rieke Saraswati, Rinrin Indrianie, Vera Mensana
Penerbit: GPU
ISBN: 978-602-03-0190-7
Tebal: 264 halaman
Format: Softcover
Terbit: Februari 2014
***
GIVEAWAY!
Ada 1 Little Stories untuk 1 orang pemenang!
Caranya:
1. Tuliskan di kotak komentar, kira-kira cerpen yang mana atau karya siapa yang pingin banget kamu baca di Little Stories, dan apa alasannya. Jawaban maksimal 3 kalimat. Inget ya MAKSIMAL 3 kalimat. Pokoknya jangan panjang-panjang. Kalo kepanjangan saya ogah bacanya :p (curang banget, nulis ripiu panjang tp ogah komenter panjang >_<)
2. Cantumkan juga akun Twitter atau email ya, untuk keperluan menghubungi bila kamu menang.
Pemenang dipilih berdasarkan alasan yang paling membuat saya terpanggil, tergugah, tersentuh, pengen ngasih buku ini ke kamu. Jadi pemilihan pemenangnya sangat subyektif, dilarang protes! :p
Batas waktu sampai hari Jumat 28 Maret ya.
Karya Faye Yolodi, karena sebelumnya pernah baca cerpen dia di Cerita Sahabat 2 dan suka banget, pengen tahu apakah sekarang ada perubahan, semakin keren atau sama aja :)
ReplyDelete@peri_hutan
Pengen baca bukunya terlebih yang tema kuliner, walau harus siapmupeng tp pokoknya penasaran ama tema kuliner. Dan dari review kamu, makin penasaran dng cerpen Rieke. Pengen tahu gimana sih yang namanya kecanggihan gaya menulis justru menutup jalan cerita. xD
ReplyDelete@noninge
Penasaran sama cerita yang judulnya "Nama Untuk Raka", sepertinya seru bercerita tentang orang gila, apalagi orang gilanya ganteng :D
ReplyDeleteSaya menebak-nebak apakah mungkin endingnya perawat bersama si orang gila ?
@dinakamila_
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletePengen baca yang "Brongkos Mertua" karena saya juga payah dalam memasak. Itung-itung antisipasi mertua yg mempermasalahkan kemampuan memasak :p . Eh, tapi jangan deh, semoga mertua masa depanku nanti baik hati dan rajin memasak, aamiin amiin X) .
ReplyDelete@vaniapramuditaa
Aparat oleh Faye Yolody. Tertarik melihat cerita demonstrasi dari sudut pandang yg berbeda.
ReplyDelete[at]zhya_azmee
Cerpen Brongkos Mertua. Simple sih... saya merasa seperti si menantu, ga bisa masak. Jadi penasaran seberapa sabarnya kedua orang itu ketika berhadapan demi brongkos.
ReplyDelete@destinugrainy
Pengen baca "Nama untuk Raka", penasaran cara Lindu menghadapi & berinteraksi dengan Raka yang slalu dimulai dengan pertanyaan "halo, siapa namamu?".
ReplyDelete@Ana_On3
Cerpennya neng orin, aka Rinrin Indrianie, seperti halnya keingin tahuan berawal dari kedekatan :) ganbatte orin chan
ReplyDeletePerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload music, foto-foto, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)