Friday, October 12, 2012

Mengurai Destiny dalam Memory Yang Samar


Maroon kecil bertemu Donald dalam wujud arwah. Di suatu tempat, tubuh Donald terbujur di ranjang rumah sakit, koma.

Ketika Donald akhirnya terbangun, ia terobsesi pada Maroon, tetapi tidak tahu di mana gadis itu kini berada. Suatu hari Donald bertemu dengan seorang gadis - yang entah kenapa terasa sudah dikenalnya - di Westminster Abbey, Donald merasakan getaran itu.

Maroon dewasa tidak ingat Donald sang arwah. Tapi ketika bertemu sesosok pria di Westminster Abbey, ia pun merasakan sesuatu.

Mungkin, Donald - yang ketika koma sudah dalam usia menikah - dengan Donald 10 tahun kemudian sudah begitu berbedanya. Sudah beruban dan keriputkah dia?

Atau mungkin, ingatan Maroon usia 10 tahun yang tampaknya cerdas itu sesungguhnya tak terlalu bagus, hingga melupakan Donald yang selalu menemaninya, hingga ia perlu bertanya ini memori atau mimpi? Hmm... benarkah usianya saat itu 10 tahun, dan bukannya 5 tahun? *cuma penasaran* Mungkin sakit Maroon merenggut ingatannya? Mungkin. Atau, keduanya pusing karena terlalu banyak vitamin D? :)

Tidak cukup masalah memori yang entah mimpi atau bukan itu, untuk menambah beban pada kinerja ingatannya, Maroon mengalami kecelakaan dan menderita amnesia. Saat kehilangan ingatan itulah David datang mengisi.

Maka, kisah Amore karya Yunisa KD ini berjalan sebagai kisah cinta segitiga yang mencari destiny-nya dalam memori yang kabur.

Memory and Destiny tipis dan mungil, cukup mudah dikenali dengan cover biru bergambar pria gagah nan ganteng berlatar Sungai Thames dan Big Ben di waktu malam.


Secara umum novel ini, sesuai genre-nya, mendayu dalam cinta. Ide tentang "kaitan dengan masa lalu" menarik untuk tema percintaan. Tapi, novel ini terasa kasar, terburu-buru, kurang terpoles.

Untuk menghadirkan kesan dinamis, penulis mencoba membuat cerita ke dalam point of view yang berbeda-beda; dari orang ketiga dan orang pertama. Sayangnya, kebanyakan sudut pandang orang pertama berasal dari Maroon, ketika sebagian besar POV orang ketiga juga lebih menceritakan tentang Maroon. Karenanya, ketika kata "aku" diganti dengan "dia" atau sebaliknya, tidak terlalu memberi perbedaan. Rasa dinamis dan pandangan yang lebih dalam akan karakter dengan hadirnya POV orang pertama tidak terlalu terasa.

"Pada kenyataannya, tidak pernah hanya ada satu pria" demikian Stephenie Meyer pernah berkata dalam buku The Twilight Saga: The Official Illustrated Guide. Karenanya, wajar ketika David harus dihadirkan untuk menambah dimensi dalam kisah cinta Maroon.

Tetapi, kehadiran pria ke-2 tak perlu disandingkan dengan amnesia. Tak harus hilang ingatan untuk membuat seorang wanita galau karena cinta segitiga. Menjadi ironis ketika penulis memberikan dialog "Kau terdengar seperti sinetron-sinetron di Indonesia" (hal. 177), ketika peristiwa amnesia Maroon sudah sangat sinetron.

Penulis suka menggambarkan karakternya dengan nama-nama terkenal. David itu Ricky Martin KW Jepang. Donald adalah blasteran boneka Ken edisi spesial Rhett Butler + Phantom, ekspor dari Indonesia. Lalu ada Sharon yang kemudian punya cowok dengan spesifikasi David Bekham campur Brad Pitt.

Bisa jadi nama-nama itu adalah idola penulis. Namun ada baiknya untuk menahan diri dan tidak meletakkan semua idola ke dalam satu tulisan (dan berkali-kali), karena alih-alih mempermudah pembaca membayangkan para karakter, justru mempersulit.

Terlalu sering menyebut nama-nama terkenal juga mengaburkan eksistensi karakter cerita ini. Saya jadi lebih ingat Ricky Martin dan Rhett - yang secara alami lebih dominan karena sangat terkenal - ketimbang David dan Donald.

Dari sisi terbitan, agak disayangkan penerbit tidak memasukkan daftar isi, padahal novel ini memberi judul pada setiap bab-nya.

Lepas dari semuanya, ada beberapa bagian yang saya suka di buku ini. Misalnya;

* SMS Olivia - adik Maroon - ke kakaknya, melaporkan bentuk BAB-nya.


* Sudut pandang Sharon, satu-satunya sudut pandang yang memberi kesegaran.
Cara 1,2,3 ini cukup umum dan biasanya lumayan ampuh, di sini tak terkecuali.


Mungkin, dari sudut pandang saya yang tentu saja bukan pengarang ataupun editor ini, penulis cocok jika mengembangkan dan membawa tulisan-tulisan berikutnya ke jalur teen/chiclit atau komedi romantis.

2 cangkir kopi untuk Rhett Butler Indo yang bangkit dari koma.

Ngidam Buku ngasih:


***

Judul: Memory and Destiny
Penulis: Yunisa KD
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
ISBN: 978-979-22-5658-1
Ukuran: 11 x 18 cm
Tebal: 264 halaman
Terbit: Mei 2010
Cover: Softcover


4 comments:

  1. *jadi membayangkan boneka Ken yg edisi Rhett Butler* lengkap pake kumis gak ya?? #salahfokus

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan salah, aku langsung googling looh itu boneka LOL... dan emang lengkap sama kumisnya, mirip sama Rhett versi Clark Gable :D

      Delete
  2. kyakyakya mb dsy mencicipi buku ini juga ternyata :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi iyaa ngerasa harus nyicipin sendiri :D

      Delete