Baeklah, tanpa berpanjang-lebar lagi, inilah hasilnyaa.
Halo Pak Ketum, Ngidam Buku mau tanya-tanya dikit nih bole doong. (syarat: jawaban harus lebih dari 1 kalimat :D)
>> Duh ini teman-teman menyebutnya dengan istilah ketum, padahal sebenernya namanya koordinator umum (korum) hehehe. [waks, langsung dikoreksi pak XD]
Pertama-tama, boleh cerita sedikit tentang keseharian Bang Helvry? Biasanya membaca buku pada waktu2 apa?
>> Sehari-harinya saya bekerja sebagai akuntan, sering membaca angka-angka daripada huruf-huruf. Berhubung jarak antara rumah dan kantor cukup jauh dan rentan pada kemacetan, saya berangkat pagi-pagi sekali dan pulang malam setelah jam macet reda. Akibatnya jam baca sehari-hari menjadi terbatas. Jika sempat, saya membaca sebelum jam kantor, tidak banyak memang, paling 2-3 halaman.
Karena itu jenis bacaan yang saya pilih akhir-akhir ini berupa tulisan-tulisan pendek yang bisa sekali baca. Atau membaca harian atau majalah elektronik yang bisa dibaca di tablet, sifat bacaannya kan sekali baca selesai nggak pakai panjang-panjang seperti novel.
Konon cinta pertama tak terlupakan. Siapa yang pertama kali memperkenalkan serunya dunia buku pada Bang Helvry? Cerita sedikit dong tentang pengalaman pertama dengan buku.
>> Dunia buku itu unik ya. Saya sih lebih tepatnya dunia membaca dulu. Saya lahir dan besar di sebuah kota kecil di Aceh, Takengon. Sejak kecil, alih-alih memasang parabola di rumah, orang tua saya membelikan majalah Bobo. Jadi saya dan adik-adik saya sudah mengenal Bobo ini dari SD. [waa kita samaa]
Pada masa itu Bobo berhasil membuat saya mengimajinasikan bahwa yang namanya Bobo itu benar-benarkelinci yang baik. Selain itu, dari Majalah Bobo saya tahu tempat-tempat yang belum pernah saya datangi. Dulu tidak terbayangkan akan pernah menginjak kota yang namanya Jakarta ini, hanya tahu namanya dari Dunia Fantasi, Ancol, dan sebagainya.
Yang namanya toko buku di kota saya bukanlah toko buku seperti yang kita kenal sekarang. Toko bukunya menjual buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis. Jadi akses terhadap buku hanya bisa dilakukan dengan membelinya di Medan, atau membelinya .lewat agensi surat kabar di kota saya,atau ke perpustakaan daerah.
Saya sudah pernah menulis hal ini di kompasiana, sila cek tautan berikut: http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2011/04/14/buku-dan-saya-354789.html
Kalau mampir ke blog Bang Helvry genre buku yang direview sangat bervariasi ya. Punya genre favorit?
>> Saya tidak punya genre favorit. Karena saya pikir tiap genre itu pada dasarnya bisa terkait dengan genre lainnya. Intinya buku itu bercerita. Bercerita tentang apa? Cerita tentang manusia, alam, dan lingkungannya. Semua buku tidak lepas dari tema besar ini, termasuk buku telpon :)
Ketika kita membaca sebuah buku, tinggal kita mencoba membuat korelasi dengan situasi kehidupan saat ini: hal apa yang dapat kita maknai sebagai pembelajaran dan memberikan pemahaman baru?
Namun waktu kita terbatas, kita harus dengan bijak memilah bacaan apa yang cocok bagi kita. Disinilah peran komunitas atau jejaring pembaca, kita dapat mengefektifkan waktu kita mencari bacaan yang cocok dengan membaca resensi buku maupun berdiskusi dengan pembaca lainnya.
Kalau saat ini saya tertarik dengan filsafat, sejarah, budaya, dan sastra. Kalau mau diskusi, ayooo :) [nah tuh berani menerima tantangan Bang Helvry? :D]
Salah satu buku favorit? Yang paling cetar membahana membelah langit dan dunia?
>> Whoaa..buku favorit membelah dunia? Hahaha…kalau saya kasihit 5 bintang di goodreads, menurut saya itu buku mantap surantap deh.
Misalnya Max Havelaar (Multatuli), Chicken Soup for Writer Soul, Lelaki Tua dan Laut (Ernest Hemingway), Medan Merdeka Jantung Ibukota RI (Adolf Heuken), Kicauan Burung (Anthony de Mello), To Kill a Mockingbird (Harper Lee), Sumatera Tempo Doeloe (Anthony Reid), Krakatoa (Simon Winchester), Dunia Sophie (Jostein Gaarder), Pak Tua yang membaca Kisah Cinta (Luis Sepulveda), Celebrating the Moment (Henry C Widjaja).
Saya merasa puas membaca suatu buku bila saya memperoleh pemahaman baru, mengetahui konteks cerita, dan pesan penulisnya. Dan biasanya hal ini saya dapatkan dari aktivitas menulis review :)
Punya budget khusus untuk belanja buku?
>> Kalau bisa sih unlimited budget #ditendang. Suka merasa bersalah sih nggak baca buku. Itu aja remnya kalau mau belanja buku banyak-banyak :)
Tahun ini BBI sudah 2 tahun usianya. Pengalaman yang paling berkesan selama jadi member BBI?
>> Pengalaman berkesan itu ketika menjadi host giveaway November 2012 lalu (lihat tautan berikut: http://blogbukuhelvry.blogspot.com/2012/11/blobukhel-present-2012.html). Saya mungkin tidak bakalan mengadakan giveaway kalau tidak bergabung di BBI.
Di giveaway itu, saya berinteraksi dengan banyak orang yang belum pernah saya temui dan saya terharu membaca komentar-komentar yang masuk. Bagi saya, hal itu saya sendiri seperti membaca novel kehidupan dimana saya juga merasa berbagi rasa dan berbagi hidup dengan mereka, saya merasa terberkati dengan cerita-cerita teman-teman,dan saya merasa hadiah giveaway saya tidak ada apa-apanya.
Visi BBI adalah menjadi komunitas blogger Indonesia yang peduli terhadap dunia perbukuan. Menurut Bang Helvry, seperti apa semestinya bentuk kepedulian dan andil para blogger buku dalam dunia perbukuan? Apakah para blogger buku saat ini sudah memenuhinya?
>> Peduli itu menyadari bahwa buku itu hadir ke tengah-tengah kita melalui proses yang panjang dari mulai ide di penulis hingga ke tangan pembaca.
Masalahnya adalah buku di Indonesia lebih banyak tersebar di kota besar, dan harganya pun tidak bersahabat. Selain itu, resensi buku ini buku itu, tidaklah dapat kita harapkan tersedia begitu saja. Harus ada aksi!
Disinilah peran blogger buku. Menjadi duta penyebaran informasi itu. Meski mungkin sudah ada ratusan bahkan resensi buku hebat di koran/majalah, namun mereka tidak terakses. Berapa banyak yang langganan koran/majalah?
Ketika seorang pembaca menceritakan kembali buku yang dibacanya lewat blog, ini menjadi kekuatan yang luar biasa. Ada berapa banyak orang akan menggunakan mesin pencari untuk mencari seperti apa isi buku yang ingin dibacanya? Di sini kekuatannya.
Meski belum mempunyai data valid, saya yakin keberadaaan blog-blog buku turut mengedukasi masyarakat. Hal inilah yang semoga disadari betul oleh para blogger buku agar peduli pada dunia perbukuan dengan konsisten menulis resensi-resensi buku di blognya.
Pertanyaan terakhir; impian berkaitan dengan buku, yang belum tercapai?
>> Saya bermimpi resensi blogger buku terintegrasi, sehingga memudahkan orang-orang dalam mencarinya. Semoga saya bertemu dengan orang-orang yang bermimpi serupa dan bersama-sama mewujudkannya. [ayooo para blogger buku, kita wujudkan bersama!]
*
Itu dia sekilas bincang dengan Pak Korum BBI Bang Helvry. Kali-kali ada yang belum pernah mampir di blognya; Blog Buku Helvry, atau intip kicauannya di @helvrySINAGATerima kasih Bang, semoga impiannya terwujud dan itu.. buku-buku favoritnya boleh pinjem? XD
Terima kasih juga divisi event BBI, yang dengan event CUI-nya ini membuat saya makin mengenal para blogger buku Indonesia.