Friday, September 28, 2012

Mengungkap Pembunuhan Zodiak Tokyo

Kisah dibuka dengan sebuah surat yang dikatakan ditulis oleh seorang pelukis bernama Heikichi Umezawa. Dalam surat tersebut Heikichi menceritakan kegilaan dan hasratnya menciptakan Azoth, wanita sempurna dalam khayalannya. Surat tersebut memaparkan bahwa untuk mewujudkan Azoth, dibutuhkan pengorbanan gadis-gadis dengan zodiak yang berbeda-beda.

Dibutuhkan 6 gadis yang masing-masing akan menyumbangkan bagian tubuh tertentu disesuaikan dengan zodiak mereka, yang nantinya akan disatukan demi kelahiran Azoth. Heikichi tidak jauh-jauh mencari para gadis yang diperlukannya untuk tujuan tersebut, dia akan memakai tubuh anak-anak dan keponakan-keponakannya sendiri.
"Suatu hari saya menyadari bahwa enam perawan dengan lambang zodiak yang berbeda hidup di dekat saya - putri-putri serta keponakan saya! Saya tertawa sendiri pada apa yang disebut "kebetulan" dalam hidup ini..."

Bagian pembuka ini sangat menjanjikan.

Yang kemudian terjadi adalah, tidak hanya ke-6 gadis yang disebutkan namanya dalam surat Heikichi itu benar-benar tewas terbunuh, tetapi juga seorang putri Heikichi lainnya dan Heikichi sendiri juga terbunuh. Semakin membingungkan, karena dari ke-8 pembunuhan itu, justru Heikichi-lah yang terbunuh lebih dulu.

Kasus yang tak terpecahkan hingga puluhan tahun kemudian itu menarik minat Kazumi Ishioka - seorang ilustrator lepas. Ia membawa kasus ini ke sahabatnya Kiyoshi Mitarai - seorang astrolog - untuk memecahkannya bersama. Ditemani Mitarai sebagai Holmes dan Ishioka sebagai Watson-nya itulah pembaca mengikuti perjalanan menuju terungkapnya sang pembunuh zodiak.

Untuk novel misteri, kisah ini tergolong cukup "damai". Membaca The Tokyo Zodiac Murders tidak terlalu memberi efek seram ataupun tegang dikarenakan kasus yang coba dipecahkan adalah kasus lama dan sang pembunuh meski masih ada di luar sana namun tidak "aktif". Beda kan ya, kalau kita membaca kisah di mana sang pembunuh sangat mungkin masih akan membunuh lagi dan terlihat berbahaya, akan ada unsur ketegangan dan "lomba" antara penyidik dan pembunuh. The Tokyo Zodiac Murders tidak memiliki itu.

Sebagai kompensasinya, pembaca akan disuguhi kasus dengan detil yang rumit. Penulis memastikan bahwa semua petunjuk tersedia; data, fakta, peta lokasi ditemukannya mayat, dan lain-lain. Semua dipaparkan agar pembaca bisa ikut memecahkan misteri ini. Dengan kata lain, meski tidak akan memuaskan bagi yang mencari ketegangan, buku ini sangat pas untuk yang merasa berbakat menjadi detektif dan yakin dirinya pandai memecahkan misteri.

Sketsa TKP pembunuhan Heikichi; salah satu dari banyak catatan/gambar yang melengkapi buku ini

Saya mengagumi cara Soji Shimada menghadirkan kerumitan untuk menutupi kesederhanaan kasus. Semua detil itu, tentang Azoth dan zodiak, tanggal-tanggal, posisi garis bujur dan lintang, setiap keping informasinya, diletakkan dengan sengaja untuk menantang pembaca memilah mana informasi yang penting dan mana yang tidak.

Belum lagi saat 2 kali penulis mengintervensi cerita dengan melemparkan tantangan secara terbuka kepada pembaca untuk memecahkan kasus. Mau tidak mau membuat saya terjengkang sambil berkata "Siyal! Baiklaah akan saya pecahkan saja kasus ini biar ramai!"

Dengan semua itu, tak heran jika novel pertama Soji Shimada ini sempat menjadi best seller dan mendapat nominasi Edogawa Rampo Awards.


3 cangkir kopi untuk keberhasilan penulis memaksa saya memecahkan kasus. Ditambah 1/2 cangkir lagi untuk cover yang menarik beserta pembatas buku berdarahnya, dan untuk saya yang berhasil menebak dengan jitu sang pelaku pembunuhan.

Total:


Catatan tambahan: kalau ada misteri yang tak terpecahkan dalam buku ini adalah mengapa ada banyak kesalahan dalam Daftar Isi? Apakah ada maksud tertentu dari angka-angka itu atau memang sebuah kesalahan dari penerbit? Ayo para detektif, kita selidiki kasus ini! XD

Judul: The Tokyo Zodiac Murders
Penulis: Soji Shimada
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-8591-8
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 360 halaman
Terbit : Juni 2012
Cover : Softcover


8 comments:

  1. Hahaha...malah belakang2nya kasih misteri pula!
    Kalau dulu aku masih demen2nya kisah misteri, mungkin bakal langsung pengen baca, tapi sekarang udah bertobat, gak mau membunuh..eh..beli buku baru (beli buku baru di tobuk sini maksudnya, beli online di bookdepo mah makin sering *tepok jidat*).

    Des, kamu kok bisa pas reviewnya bareng anak2 BBI yg posting bareng, padahal belum lagi jadi member. Kudu dijadiin member kehormatan nih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu ketularan penulis; peresensi mengintervensi resensinya dgn melempar misteri :p

      Kapan hari dapet info posting bareng BBI, meski belum jd member kebetulan bgt aku juga belum lama selesai baca buku ini jadi sengaja ngebarengin hihi :p

      Delete
  2. Wah, hebat, bisa menebak dengan jitu... Aku aja ga hapal nama2nya, jadi ya nebaknya salah satu di antara 'itu', padahal simple banget ya, motifnya juga jelas :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya dari motif dan potongan tubuhnya emang si itu yg paling mungkin :D
      Makanya kubilang penulisnya jago, mengaburkan fokus pembaca dengan printilan detil, pdhl kasusnya simpel

      Delete
  3. ak mau baca ini nih, newbi kalo baca thriller, genre kayak gini asiknya nonton film aau serialnya, kurang cocok aja bacanya tapi perlahan-lahan mencoba mau menikmatinya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayanya ini lebih misteri ketimbang thriller.
      Unsur thriller-nya ga ada soalnya. Tingkat ketegangannya kurang/hampir ga ada di buku ini.
      Agak mirip sama baca Detektif Conan, tapi lebih detil lagi.
      Itung-itung belajar jadi detektif :D

      Delete
  4. Ada ebook nya gk ya? Biar bisa didownload

    ReplyDelete
  5. Rumit ya , tapi itulah keuggulan penulis dalam menarik pembacanya

    ReplyDelete