Judul: Memoritmo
Penulis: Ade Paloh, Anto Arief, Cholil Mahmud, dkk
Penerbit: Bukune
ISBN: 6022200725
Hal.: 180
Format: Paperback
Mungkin memang itulah yang dilakukan oleh lagu-lagu tertentu terhadap setiap orang, memunculkan kenangan, dan yang lebih hebat lagi, menciptakan sebuah koneksi ~ Intro, hal. 8
Lagu, siapa yang tak terbuka laci-laci memorinya ketika sebuah nada lama mendadak diputar. Terobrak-abrik tumpukan kenangannya kala DJ radio dengan tidak sopan memasang lagu lawas. Berbekal ini, sebenarnya Memoritmo punya potensi untuk saya sukai. Sayangnya, tidak demikian.
Saya kurang paham buku apa ini sebenarnya. Jadi, tulisan berdasarkan ketidakpahaman ini mungkin bisa dipertanyakan keabsahannya :p
Menurut sang penggagas - Maradilla Syachridar, buku ini adalah kumpulan memoar yang berhubungan dengan lagu. Namun ada terselip beberapa cerpen di dalamnya. Ataukah itu memoar berbentuk cerpen? Saya sungguh tak tahu. Ada pula puisi, yang juga bisa jadi merupakan larik memori.
Pengisi buku ini ada yang penulis lagu, musisi, penyiar radio, penulis, dll yang kebanyakan adalah nama baru bagi saya (ampuni saya karena kurang gaul :p).
Namun, kekuatan istimewa sebuah lagu ini punya satu konsekuensi buruk; sebuah lagu bisa memonopoli memori ~ Madu dan Racun, hal. 34
Keempat belas cerita dalam Memoritmo diberi judul sesuai dengan judul lagu yang menginsiprasi kisahnya. Dan meski bingung bagaimana harus menyiapkan diri dan menyikapi setiap tulisan, ada beberapa tulisan yang saya lumayan suka, yang justru sama sekali tak tampak seperti memoar (mungkin itu sebabnya menarik buat saya?). Seperti kisah Dimas dengan guru mengajinya dalam Yeh Jo Halka Saroor Hae (Galih Wismoyo), atau kegelapan berwarna kuning dari masa lalu seorang wanita dalam Bad Wisdom (Kartika Jahja), juga Sahabat Gelap (Valiant Budi) yang menceritakan drama pemalakan era 90-an. Ketiganya kebetulan ditulis dengan gaya cerpen (yang lagi-lagi saya tak tahu apakah ketiganya kisah nyata atau fiksi), yang meski tak istimewa tapi setidaknya saya benar-benar baca :p (loh yang lain ga dibaca? dibaca sih tapi yagitudeh)
Djuwita Malam milik Anto Arief puisi yang menarik, tapi terlalu berlarut-larut tanpa ada kemajuan cerita. Saya suka diksi Ade Paloh dalam Do You Want To Know A Secret?, meski tak terlalu tertarik dengan apa yang diceritakan (padahal saya suka The Beatles), dan lama-lama terasa terlalu mendayu-dayu untuk selera saya. Dan lirik Across The Universe-nya The Beatles yang menjadi judul tulisan Eross Chandra menempel dan membekas seperti permen karet di liang kepala saya, meski saya tak ingat lagi apa yang ditulis Eross di situ.
Secara keseluruhan, tulisan-tulisan di buku ini akan menarik kalau saya baca via blog. Tentu menyenangkan menyimak memori masing-masing penulis jika saya menikmatinya lewat posting blog. Tapi saya tak menemukan sesuatu untuk membuat mereka menarik juga ketika tercetak di dalam buku. Mungkin, jika empunya ide tetap pada gagasan awal yaitu membuat kumcer yang dengan lagu sebagai benang merah, bisa jadi hasilnya lebih menarik. Mungkin.
Atas segala ketidakmengertian, ke-gagal-paham-an, saya keluarkan 2 cangkir; 1 1/2 untuk cover yang sangat membangkitkan nostalgi, dan 1/2 untuk beberapa cerpen yang saya sukai.
Dibuat untuk:
- Baca Bareng BBI tema Kumcer
yeay sama mbak, aku juga kurang suka sama buku ini, mungkin kalau dia suka nulis lagu atau penyanyi dan sebagainya bakalan ngena, kalau kayak ak yg cuman suka dengerin musik aja ya kesannya biasa :)
ReplyDeleteSebenarnya pengen banget punya buku.ini, tapi dua kali baca review (review disini dan punya bu dokter Dewi), yang semuanya dengan nada setengah hati, kayaknya ngga bakal beli deh. Cukup minjem kalo Ada yang dipinjam hahaha
ReplyDelete